Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,,
Hallo readers kita ketemu lagi di segmen revie buku
horeeee. Oke, jadi kali ini aku mau share ke kalian review dari buku “Aku
Mendengarmu Istanbul” karya Bernando J. Sujibto yang selanjutnya akan ditulis
sebagai ka Bej karena begitulah biasa aku menyapanya atau mungkin kalo umumya
orang memanggilnya mas Beje, sebelum lanjut aku tuliskan gambaran dari buku ini
yaitu:
Judul buku :
Aku Mendengarmu Istanbul
Penulis : Bernando J. Sujibto
Cetakan ke/Tanggal terbit : Cetakan pertama, Januari 2019
ISBN :
978-602-391-650-4
Penerbit : DIVA Press
Kategori : Cerpen (Novel)
Ukuran :
20 hlmn; 14 x 20 cm
Harga :
Rp60.000,00 (P. Jawa)
Sebagai gambaran buku terdiri dari dua bagian, untuk
bagian pertama ada 8 cerpen dan di bagian kedua ada 9 cerpen. Judul dari buku
ini sendiri diambil dari salah satu cerpen yang ada di dalamnya, yaitu cerpen
yang berjudul “Aku Mendengarmu Isntanbul” yang juga merupakan satu dari dua
cerpen dengan latar tempat sebagian besar di Indonesia selian cerpen yang berjudul
“Kodok dan Mesiu”. Meskipun kedua cerpen ini sebagian besar berlatar tempat di
Indonesia, tetapi tetap ada latar di Turki bahkan inti dari kedua cerita itu
karena dan sebab Turki itu sendiri.
Dari kumpulan cerpen ini, aku sendiri berhasil untuk
menemukan banyak cerita dan kisah-kisah yang nyata terjadi di Turki, dalam
bukunya kak Bej menerangkan bahwa hal tersebut memang kerap kali terjadi di
Turki. Oleh karena itu, aku semakin mengenal Turki dengan segala latar belakang
cerita yang tumbuh dan mati di atasnya tanpa harus benar-benar pergi dan hidup
di antara orang-orang Turki asli untuk beberapa tahun agar mengetahui hal tersebut.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai isi dari buku
in, aku ingin menunjukkan bagaimana dari sampul buku in saja sudah cukup mampu
untuk memperkenalkan Turki kepada kita sebagai pembacanya.
Yaa, cover dari buku ini adalah Blue Mosque yang berada dalam gelas berisi air the. Sebagaimana kita kenal bahwa Turki
sangat terkenal dengan Blue Mosque dan ini merupakan lambang dari kebesaran
Turki Utsmaniah hingga saat ini. Blue Mosque adalah landmark Turki. Selain itu
yang lebih menarik adalah Blue Mosque itu berada di atas gelas berisi Cay atau
Teh, yang mana teh adalah minuman simbol keakraban bagi warga Turki. Orang turki
akan menghabiskan waktu dengan meminum teh sambil melakukan kegiatan lainnya
seperti berdiskusi, berkumpul dengan keluarga, ngobrol-ngobrol dan banyak hal
lainnya. Hhhmh aku jadi teringat ketika tahun lalu mendaftar beasiswa YTB, kalo
nanti bisa kuliah di Turki dan menjadi awardee beasiswa itu aku akan bertemu
dengan seseorang, bercerita tentang banyak hal dan bertukar pikiran sambil mungkin
menemukan sesuatu yang lain diantara kita ditemani dengan segelas teh atau bisa
disebut ngecay.
Kali saya tidak akan mengulas tata bahasanya karena
setiap penulis tentu punya gaya dan cara sendiri dalam menyajikan cerita yang
hendak disampaikannya kepada penulis. Satu lagi, masalah tampilan buku saya
sangat suka dan aroma buku memanglah sangat saya sukai hehee.
Secara singkat dan jelas buku ini telah berhasil
mengupas berbagai peristiwa yang terjadi di Turki dan fakta-fakta yang tidak
sering kita temukan di media karena hal itu bisa jadi merupakan aib bagi negara
dua benua itu sendiri. Seperti tragedi-tragedi yang berhubungan dengan Kurdistan,
di mana media tentu akan lebih sering berpihak kepada pemerintah yang berkuasa.
Sementara, dalam buku ini sedikit banyak lebih menampilkan cerita dari sisi
orang-orang Kurdistan itu sendiri. Tentang bagaimana tindakan mereka yang
sebagian mengatakan benar dan sebagian besar lagi mengatakan itu salah, bukan
masalah dan kembali kepada orangnya tapi buku in telah berhasil untuk lebih
mengenalkan Turki dari sudut pandang yang berbeda.
Saya sangat suka dengan semua isi cerita dalam buku
ini, selain menggunakan sudut pandang yang berbeda dari segi pemahaman, buku
ini sangat informatif tapi tidak kalah menarik dari segi plotnya. Kalo belum
sampai menghabiskan ceritanya kita sama sekali tidak akan bisa menebak akan
seperti apa endingnya.
Ada satu cerpen yang mengingatkan saya pada satu
pemahaman bahwa mengakhiri cerita itu “lebih mudah lagi” yang mana kita hanya
perlu mengakhiri saja. Yaa, kalo sudah buntu dan tidak ada lagi ide untuk
melanjutkan cerita ya akhiri saja, biarkan ceritanya seperti itu. Maksud saya
bukan berarti bahwa mungkin penulis kehabisan ide, itu bisa saja memang plotnya
demikian, karena memang banyak cerita yang berakhir dengan banyak tanda tanya
dan itulah yang akhirnya seringkali pembaca ingin dan ingin lagi untuk membaca
lanjutan dari cerita-cerita yang ditulus oleh penulis dalam buku tersebut.
Dari sekian banyak cerita yang ada pastilah tentu ada
satu cerita yang sangat aku suka, cerpen favorit itu adalah “Lima Biji Zaitun
Rontok”. Cerita ini sekalipun berlatarkan sebuah tragedi dimana bernuansa
menegangkan, penulis berhasil menyelipkan sisi roman dan bahkan ending dari
cerita ini cukup dramatis tapi tidak berlebihan, saya suka. Sebetulnya yang
lebih aku sukai lagi dari cerpen ini adalah tokoh utama yang disebutkan
berhasil menyampaikan kisah tersebut kepada pembaca, yang mana tokoh itu adalah
orang yang putus sekolah dan pergi meninggalkan keluarganya di kampung demi
bergabung dengan pasukan kemerdekaan untuk Kurdistan (PKK) atas rasa ingin melawan
penindasan yang puluhan tahun mereka rasakan ditambah dendam atas kematian sang
kakek dan ayah tercinta.
“…Seandainya dia masih hidup, pilihan jalanku ini akan
menjadi kebanggaan baginya, satu-satunya anak yang dilahirkannya atas nama
kebesaranyya, Berivan Dersim”
Ya, tokoh utama itu adalah seorang gadis kurang lebih
berusia 21 tahun dan “Namanya tercatat sebagai pejuang perempuan paling
mematikan. Kadang kala kami menyebutnya sebagai titisan Salahudin Al-Ayyubi.”
(hlm.212) yang menurut aku tokoh ini sangat keren.
Seperti yang sudah aku ceritakan di awal, kalo dalam
buku ini semua cerpennya sebetulnya mengambil latar tempat di Turki dan beberapa
gabungan dengan latar Indonesia karena bagaimanapun sepertinya penulis ingin
tetap memperkenalkan Indonesia sebagai tanah kelahirannya seperti dalam salah
satu cerpen yang mengenalkan bagaimana mitos yang ada di kita seringkali masih
dipercaya sebagai suatu kebenaran. Mitos apakah itu? Kamu harus baca buku ini
dulu biar tahu.
Selain cerita tadi yang endingnya dramatis dan sangat
menyentuh hati saya, semua cerpen dalam buku ini selalu punya daya tarik
sendiri dan membuat kita sebagai pembaca mengalir di dalam ceritanya dan dapat
merasakan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Pokoknya kalian harus baca
deh biar merasakan sendiri dan menemukan banyak pelajaran yang dapat dipetik dari
kisah-kisah dalam cerpen ini. Kita mungkin tidak tahu mana cerpen yang fiksi
dan nyata tapi kisah-kisah itu sudah lebih dari cukup memberi liburan untuk pikiran.
Baiklah, mungkin itu aja yang bisa aku share ke
kalian, dan selengkapnya bisa baca sendiri yaa. Semoga bermanfaat dan sampai
jumpa di tulisan berikutnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Astaghfirullah mas tobat mas, mending jualan obat peninggi aja yang udah terkenal di berbagai kolom komentar seantero jagad Indonesia
ReplyDeletehmmm, marikiba (mari kita baca) bukunya
ReplyDeleteArrikelnya bagus, sangat bermanfaat.
ReplyDeleteTerimakasih..
Jangan lupa kunjungi juga
https://mrdonztime.blogspot.com/
Ciri Kuat Karakter Pemimpin Berpengaruh