Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,,

Hallo readers kita ketemu lagi di segmen revie buku horeeee. Oke, jadi kali ini aku mau share ke kalian review dari buku “Aku Mendengarmu Istanbul” karya Bernando J. Sujibto yang selanjutnya akan ditulis sebagai ka Bej karena begitulah biasa aku menyapanya atau mungkin kalo umumya orang memanggilnya mas Beje, sebelum lanjut aku tuliskan gambaran dari buku ini yaitu:

Judul buku                              : Aku Mendengarmu Istanbul
Penulis                                     : Bernando  J. Sujibto
Cetakan ke/Tanggal terbit      : Cetakan pertama, Januari 2019
ISBN                                       : 978-602-391-650-4
Penerbit                                   : DIVA Press
Kategori                                  : Cerpen (Novel)
Ukuran                                    : 20 hlmn; 14 x 20 cm
Harga                                      : Rp60.000,00 (P. Jawa)




Sebagai gambaran buku terdiri dari dua bagian, untuk bagian pertama ada 8 cerpen dan di bagian kedua ada 9 cerpen. Judul dari buku ini sendiri diambil dari salah satu cerpen yang ada di dalamnya, yaitu cerpen yang berjudul “Aku Mendengarmu Isntanbul” yang juga merupakan satu dari dua cerpen dengan latar tempat sebagian besar di Indonesia selian cerpen yang berjudul “Kodok dan Mesiu”. Meskipun kedua cerpen ini sebagian besar berlatar tempat di Indonesia, tetapi tetap ada latar di Turki bahkan inti dari kedua cerita itu karena dan sebab Turki itu sendiri.

Dari kumpulan cerpen ini, aku sendiri berhasil untuk menemukan banyak cerita dan kisah-kisah yang nyata terjadi di Turki, dalam bukunya kak Bej menerangkan bahwa hal tersebut memang kerap kali terjadi di Turki. Oleh karena itu, aku semakin mengenal Turki dengan segala latar belakang cerita yang tumbuh dan mati di atasnya tanpa harus benar-benar pergi dan hidup di antara orang-orang Turki asli untuk beberapa tahun agar mengetahui hal tersebut.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai isi dari buku in, aku ingin menunjukkan bagaimana dari sampul buku in saja sudah cukup mampu untuk memperkenalkan Turki kepada kita sebagai pembacanya.

Yaa, cover dari buku ini adalah Blue Mosque yang berada dalam gelas berisi air the. Sebagaimana kita kenal bahwa Turki sangat terkenal dengan Blue Mosque dan ini merupakan lambang dari kebesaran Turki Utsmaniah hingga saat ini. Blue Mosque adalah landmark Turki. Selain itu yang lebih menarik adalah Blue Mosque itu berada di atas gelas berisi Cay atau Teh, yang mana teh adalah minuman simbol keakraban bagi warga Turki. Orang turki akan menghabiskan waktu dengan meminum teh sambil melakukan kegiatan lainnya seperti berdiskusi, berkumpul dengan keluarga, ngobrol-ngobrol dan banyak hal lainnya. Hhhmh aku jadi teringat ketika tahun lalu mendaftar beasiswa YTB, kalo nanti bisa kuliah di Turki dan menjadi awardee beasiswa itu aku akan bertemu dengan seseorang, bercerita tentang banyak hal dan bertukar pikiran sambil mungkin menemukan sesuatu yang lain diantara kita ditemani dengan segelas teh atau bisa disebut ngecay.

Kali saya tidak akan mengulas tata bahasanya karena setiap penulis tentu punya gaya dan cara sendiri dalam menyajikan cerita yang hendak disampaikannya kepada penulis. Satu lagi, masalah tampilan buku saya sangat suka dan aroma buku memanglah sangat saya sukai hehee.

Secara singkat dan jelas buku ini telah berhasil mengupas berbagai peristiwa yang terjadi di Turki dan fakta-fakta yang tidak sering kita temukan di media karena hal itu bisa jadi merupakan aib bagi negara dua benua itu sendiri. Seperti tragedi-tragedi yang berhubungan dengan Kurdistan, di mana media tentu akan lebih sering berpihak kepada pemerintah yang berkuasa. Sementara, dalam buku ini sedikit banyak lebih menampilkan cerita dari sisi orang-orang Kurdistan itu sendiri. Tentang bagaimana tindakan mereka yang sebagian mengatakan benar dan sebagian besar lagi mengatakan itu salah, bukan masalah dan kembali kepada orangnya tapi buku in telah berhasil untuk lebih mengenalkan Turki dari sudut pandang yang berbeda.

Saya sangat suka dengan semua isi cerita dalam buku ini, selain menggunakan sudut pandang yang berbeda dari segi pemahaman, buku ini sangat informatif tapi tidak kalah menarik dari segi plotnya. Kalo belum sampai menghabiskan ceritanya kita sama sekali tidak akan bisa menebak akan seperti apa endingnya.

Ada satu cerpen yang mengingatkan saya pada satu pemahaman bahwa mengakhiri cerita itu “lebih mudah lagi” yang mana kita hanya perlu mengakhiri saja. Yaa, kalo sudah buntu dan tidak ada lagi ide untuk melanjutkan cerita ya akhiri saja, biarkan ceritanya seperti itu. Maksud saya bukan berarti bahwa mungkin penulis kehabisan ide, itu bisa saja memang plotnya demikian, karena memang banyak cerita yang berakhir dengan banyak tanda tanya dan itulah yang akhirnya seringkali pembaca ingin dan ingin lagi untuk membaca lanjutan dari cerita-cerita yang ditulus oleh penulis dalam buku tersebut.

Dari sekian banyak cerita yang ada pastilah tentu ada satu cerita yang sangat aku suka, cerpen favorit itu adalah “Lima Biji Zaitun Rontok”. Cerita ini sekalipun berlatarkan sebuah tragedi dimana bernuansa menegangkan, penulis berhasil menyelipkan sisi roman dan bahkan ending dari cerita ini cukup dramatis tapi tidak berlebihan, saya suka. Sebetulnya yang lebih aku sukai lagi dari cerpen ini adalah tokoh utama yang disebutkan berhasil menyampaikan kisah tersebut kepada pembaca, yang mana tokoh itu adalah orang yang putus sekolah dan pergi meninggalkan keluarganya di kampung demi bergabung dengan pasukan kemerdekaan untuk Kurdistan (PKK) atas rasa ingin melawan penindasan yang puluhan tahun mereka rasakan ditambah dendam atas kematian sang kakek dan ayah tercinta.

“…Seandainya dia masih hidup, pilihan jalanku ini akan menjadi kebanggaan baginya, satu-satunya anak yang dilahirkannya atas nama kebesaranyya, Berivan Dersim”

Ya, tokoh utama itu adalah seorang gadis kurang lebih berusia 21 tahun dan “Namanya tercatat sebagai pejuang perempuan paling mematikan. Kadang kala kami menyebutnya sebagai titisan Salahudin Al-Ayyubi.” (hlm.212) yang menurut aku tokoh ini sangat keren.

Seperti yang sudah aku ceritakan di awal, kalo dalam buku ini semua cerpennya sebetulnya mengambil latar tempat di Turki dan beberapa gabungan dengan latar Indonesia karena bagaimanapun sepertinya penulis ingin tetap memperkenalkan Indonesia sebagai tanah kelahirannya seperti dalam salah satu cerpen yang mengenalkan bagaimana mitos yang ada di kita seringkali masih dipercaya sebagai suatu kebenaran. Mitos apakah itu? Kamu harus baca buku ini dulu biar tahu.

Selain cerita tadi yang endingnya dramatis dan sangat menyentuh hati saya, semua cerpen dalam buku ini selalu punya daya tarik sendiri dan membuat kita sebagai pembaca mengalir di dalam ceritanya dan dapat merasakan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Pokoknya kalian harus baca deh biar merasakan sendiri dan menemukan banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah-kisah dalam cerpen ini. Kita mungkin tidak tahu mana cerpen yang fiksi dan nyata tapi kisah-kisah itu sudah lebih dari cukup memberi liburan untuk pikiran.

Baiklah, mungkin itu aja yang bisa aku share ke kalian, dan selengkapnya bisa baca sendiri yaa. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan berikutnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Comments

  1. Astaghfirullah mas tobat mas, mending jualan obat peninggi aja yang udah terkenal di berbagai kolom komentar seantero jagad Indonesia

    ReplyDelete
  2. hmmm, marikiba (mari kita baca) bukunya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]