Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

Resensi Buku | Meyakini Menghargai


Judul buku   : Meyakini Menghargai
Penulis                           : Ibn Ghifarie
Penerbit                         : Expose
Tahun Terbit/Cetakan ke : Desember 2018, Cetakan ke-1
Tebal buku                     : vii+117 halaman
Genre : Literasi Agama/Remaja
ISBN : 978-602-7829-46-6
Harga : Tidak diperjualbelikan

Kali ini saya ingin membagikan resensi buku setebal vii+117 halaman dengan judul “Meyakini Menghargai” yang merupakan hasil kerjasama dari penerbit Expose, Convey, dan PPIM UIN Jakarta serta tidak diperjualbelikan, yang mana buku tersebut mengajak para remaja untuk menyebarkan toleransi, mengenal agama yang diyakininya sekaligus menghargai agama lain dalam semangat keragaman.

“semua agama mengajarkan kebaikan, memerintahkan untuk menjaga kasih, cinta dan perdamaian” itu yang dapat saya simpulkan setelah membaca buku Serial Literasi Agama untuk Remaja yang berjudul Meyakini Menghargai ini.

Sesuai dengan judulnya, buku ini ingin mengajak pembacanya untuk meyakini apa yang ia pilih (agama) dan menghargai keyakinan orang lain. Selama membaca buku ini saya kembali untuk mengenal Islam-sebagai agama yang saya yakini-dan juga agama lain yang diakui di Indonesia, saya memahami siapa Yesus Krestus bagi Katolik, mengenal bagaimana ritual keagamaan Kristen, saya juga jadi tahu siapa itu Sakyamuni, Maitreya, Bharsajaguru dan juga Amithaba serta lainnya. Dan ternyata saya baru tahu bahwa orang Hindu ketika hari raya nyepi bukan hanya menyepi atau sekedar sunyi, tidak ada lampu, tidak ada kendaraan lalu lalang dan sebagainya tapi mereka juga melaksanakan “Catur Brata Penyepian”. Dan bagaimana konsep ketuhanan dalam agama Konghuchu saya ketahui setelah membaca buku ini. Yang dari hal-hal tadi saya semakin bisa meyakini agama yang saya pilih dan menghargai (toleransi) terhadap agama lain. Indah bukan?

Karena buku ini dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik saya semakin asyik untuk menghabiskan waktu Bersama buku ini, menurut saya buku ini cocok untuk semua kalangan. Apalagi dalam penyajiannya setiap agama (agama besar dan agama local) diwakili oleh karakter untuk mewakili masing-masing dari setiap agama yang ada, sehingga narasi penyampaiannya terasa lebih komunikatif. Saya masih ingat ada 12 karakter dalam buku ini, diantaranya ada Zahra, Ruth, Sudin dan Viktor.

Buku ini bukan hanya mengajak untuk meyakini agama dan menghargai agama lain, tapi juga mengenalkan kita orang Indonesia pada kekayaan keberagaman keyakinan yang juga diaukui di Indonesia, yakni tepatnya agama lokal. Yang selama ini saya tahu hanya Sunda Wiwitan dan Kejawen, tapi rupanya masih ada kepercayaan lain yang dianut warga bumi Nusantara tercinta ini, ada Kaharingan yang sebagian besar berada di Kalimantan, Marapu di sebuah pulau yang sangat Indah yaotu pulau Sumba, Tolotang di Sulawesi dan Parmalim di daerah sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir yang terkenal dengan cerita rakyatnya yang melegenda hingga hari ini. Sunguh sangat menambah wawasan.

Setiap akhir bab dari buku ini, akan mengajak kita untuk berpikir kembali apakah betul kita meyakini agama yang dianut saat ini atau tidak (?). Ya dengan adanya kolom Yuk Cari Tahu Jawabannya di setiap akhir pembahasan satu agama tentu akan semakin membuat kita yakin terhadap apa yang diyakini selama ini. Ada satu pertanyaan yang cukup mencambuk diri saya, yaitu pertanyaan “apakah kamu sudah menjalankan makna Islam?” untuk kalian yang membaca tulisan ini, jika berkenan memberikan jawaban silahkan tulis di kolom komentar yaa.

Jika kita mengakui sebagai penduduk Nusantara, apakah pantas jika tidak mengenal keragaman keyakinan/agama local yang ada? Maka buku ini hadir untuk memberikan pencerahan agama lokal apa saja yang ada di Indonesia, memberikan gambaran yang jelas tapi tidak Panjang lebar

Dari buku ini kita akan semakin banyak mengenal perbedaan dan ragam warna yang ada di Nusantara, dan dari sanalah akan lahir rasa persatuan, rasa saling mengasihi dan menghormati untuk terus menciptakan persatuan dan perdamaian. Kita sadar kita beragam, tapi kita juga menghargai perbedaan itu sebagai suatu anugerah dari Tuhan yang maha kuasa agar kita tetap dan terus saling menjaga persatuan sekalipun dalam perbedaan. Salam damai

Buat kalian yang penasaran pengen baca buku ini, bisa download seri aplikasinya (Virtual Reality) di Playstore, cukup ketik UID360 cari, klik dan install. Selamat berwisata religi.

Comments

  1. Hati2 kak kalau tidak ada dasar akidah yang kuat bisa2 terjerumus...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak @lakumkitab terimakasih sudah mengingatkan, semoga kita senantiasa dapat menjaga iman dan islam kita hingga di akhirat ya kak, irhamna yaa allah, aamiin

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. yup... aamiin...
      jadi inget kisah Umar radhiyallahu 'anhu, bagaimana ketika umat islam berhasil menaklukkan palestine, tapi tidak ada hak-hak pemeluk agama lain yang dilanggar...
      Juga kisah lainnya:

      Pada masa Kekhalifahan Umar bin al-Khattab, ada seorang mujahid yang berkata kepada pasukan Persia “Jangan takut”, kemudian ia membunuhnya. Umar pun menulis surat kepada pimpinan pasukan, “Telah sampai kabar kepadaku bahwa salah seorang dari kalian mengincar seorang non muslim. Pada saat non muslim tersebut terdesak di atas gunung, lalu berusaha membela diri, si muslim berkata, “Jangan takut”. Namun kemudian ia membunuhnya. Demi Allah, janganlah sampai kepadaku kabar demikian kecuali aku penggal lehernya.” (al-Muwatha, Riwayat Yahya al-Laitsi 967 dan al-Baihaqi 5652).

      Read more https://kisahmuslim.com/5274-akhlak-islam-dalam-peperangan.html

      Jadi, seandainya kita ber-islam dengan islam yang sebenarnya yang dibawa Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam dan diamalkan para sahabat radhiyallahu 'anhum maka bisa dipastikan mayoritas penduduk bumi ini akan mencintai islam ini... sayangnya kita (kaum muslimin saat ini) mayoritasnya jauh dari praktek-praktek orang-orang islam terdahulu (Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam dan para sahabat nya radhiyallahu 'anhum)

      Semoga Allah mudahkan kita untuk menjadi muslim yang terbaik...

      Delete
    4. aaamiin,, terimakasih sudah mampir dan menceritakan kisah yang luar biasa :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]