Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

My Journal | Devcember Festival 2018

Hallo semuanya, kembali lagi di tulisan jurnalnya Salma, kali ini aku ingin bercerita pengalamanku sebegai volunteer di salah acara keren yang diselenggarakan di akhir tahun 2018, yaitu Devfest atau Devcember Festival. Mungkin beberapa dari kalian apa maksudnya devcember festival itu, aku pun pada awalnya tidak paham ini acara apa tapi kemudia ya harus tahu dan paham lah kan sebagai volunteer.


Untuk anak IT mungkin bahasanya tidak asing lagi, kode Dev setahu saya si ini digunakan dalam bahasa pemrograman, jadi initnya acara ini diselenggarakan untuk para developer yang ada di wilayah kota Bandung khusunya dan warga Indonesia pada umumnya.



Acara ini dilaksanakan di gedung IDX Incubator Bandung Jl. P.H.H Mustofa pada tanggal 22 Desember 2018, ini juga jadi acara terakhir di tahun 2018 yang aku dan teman-teman WALK ikuti. Apa itu WALK? mungkin nanti kapan-kapan aku akan cerita di sesi Journal yang lain, jadi tunggu aja yaa.


Yang saya suka dari acara ini, narasumber tidak diposisikan sebagai dewa yang biasanya pada acara lain seolah narasumber adalah orang yang paling tahu. Tapi tidak dengan acara ini, acara ini menempatkan semua yang hadir pada posisi dan derajat yang sama. Bahkan khas dari acara ini adalah peserta dan narasumber sama-sama berdiri selama proses sharing dilaksanakan, peserta juga diperbolehkan untuk mengkoreksi pembicara jika ternyata ada kode yang terlalu panjang dan rumit dengan kode yang lebih simpel dan pendek.


Dengan konsep yang demikian bukan berarti acara ini hanya dihadiri oleh orang biasa-biasa saja, karena acara in diselenggarakan atas dukungan IDX Incubator, Gojek, Traveloka, Tokopedia dan bahkan dari Kemkominfo maka yang diundang pun bukan orang biasa. Perwakilan dari setiap start up yang bekerja sama saat itu hadir dan menjadi pembicara. Yang tak kalah keren saat itu adalah adanya pembicara dari sekolah koding dimana mereka ini masih anak-naka. Kan lihatnya gemes dong hahaa. Menghadirkan anak kecil ini tujuannya adalah kita yang sudah lebih tua ini bisa terpacu untuk terus belajar dan tidak mudah puas atas apa yang sudah diperoleh.


Sebelumnya aku juga udah katakan kalo di acara ini semua yang hadir diposisikan sama, yang juga menarik dari acara ini adalah maksud di balik hal itu. Di mana ketika komputer atau teknologi dipuji dan dipuja karena kecanggihannya kita seharunsnya jangan lupa bahwa semua itu diciptakan oleh manusia dan sekalipun demikian bukan berarti manusia bisa menyamai Tuhan karena kita ini posisinya sebagai hamba ciptaan Tuhan yang seharusnya percaya bahwa kemampuan kita juga terbatas dan bahkan dari secanggih apapun yang sudah manusia itu ciptakan masih sangat sangat banyak lagi teknologi yang Tuhan ciptakan namun tidak dapat manusia tiru.


Sekarang ini kita sedang dihebohkan dengan berita AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasa buatan, kecerdasan komputer/mesin ini dipercaya mampu mengalahkan kecerdasan manusia yang padahal membuatnya. Tapi kita tidak usah khawatir, kita manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Bagi orang beriman hal ini merupakan bentuk dari kemaha besaran Allah SWT, bukan berarti manusia yang mampu menciptakan Artificial Intelligence mampu menyaingi tuhan.


Aku jadi ingat satu tulisan yang pernah aku tulisan di mana manusia zaman sekarang ini mendewakan teknologi dan melupakan Tuhannya. Dalam tulisan itu aku juga cerita kalo itulah yang menjadi alasan kenapa aku ingin kuliah di jurusan agama, tapi rupanya kan rencana manusia tidak bisa selalu berjalan dan ternyata tujuan itu masih bisa aku jalankan dengan segala proses yang terjadi sekarang. Dengan cara Allah mempertemukan aku dengan orang-orang yang jauh lebih paham tentang teknologi. Semoga ini juga menjadi jalan dan wasilah dari apa yang aku harapkan. Menjadi manusia yang bermanfaat untuk ummat.


Segitu aja si mungkin untuk cerita kali ini dan semoga ada manfaat yang bisa diambil, sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]