Seperti janji saya di postingan sebelumnya, bahwa saya akan menghadiri acara seminar contentpreneur dan kali ini saya akan membagikan ilmu yang saya peroleh setelah menghadiri acara tersebut. Jujur, sebernarnya di sesi kedua acara itu saya banyak dipojokkan dan hal itu memang murni karena kesalahan saya pribadi. Apakah itu? Pokoknya ini memang tidak patut dicontoh buat kamu yang mau jadi seorang contenpreneur. Okay!
Acara ini terselenggara atas kerja sama artifex community dan Bobotoh ID. Kegiatan ini bisa dibilang sebagai kegiatan pelatihan gratsi yang dilaksanakan di kota Bandung.
Kalo berbicara tentang contentpreneur tentu kita harus tahu dulu bagaimana kondisi dan perkembangan dari dunia digital itu sendiri. Saya yakin lah readers di sini sudah mengetahui tentang hal itu dan sekrang tinggal kita yang harus berani mengambil sikap, apakah mau diam saja atau mau mengambil bagian dan melakukan sesuatu untuk mendapatkan keuntungan dari fenomena yang terjadi sekarang ini?
Sebetulnya kalo saya pribadi agak sedih sih ketika konten yang maaf bias dikatakan tidak mendidik harus viral tapi content yang punya manfaat banyak justru malah tenggelam dan jarang muncul di halaman utama social media. Dan saya setuju dengan apa yang disampikan oleh kang Pepi selaku salah satu Narasumber dalam acara ini bahwa kita sebagai anak muda haruslah menciptakan konten yang mendidik dan bermanfaat, bukan hanya sekedar konten yang abal-abal tapi betul-betul konten yang memiliki dampak baik baik untuk hari ini dan hari yang akan dating.
Proses untuk menjadi seorang contentpreneur juga tidak semudah yang dibayangkan, harus banyak proses dan perjalanan yang dilalui. Tapi kalo kita mau apakah harus menyerah sebelum akhirnya bersinar dan menjadi seorang contetpreneur yang sukses? Tentu tidak, seorang contentpreneur itu tidak pernah berhenti membuat content sekalipun yang menyukainya tidak begitu banyak, selagi memberikan manfaat pun hanya untuk segelintir orang itu harus tetap dijalankan.
Saya ingin mengambil contoh apa yang saya lakukan, memang saya belum bias dikatakan sebagai seorang contentpreneur karena konten yang saya hasilkan selama ini belum menghasilkan tapi dengan usaha yang terus menerus dan tidak berhasil setidaknya saya teteap bertahan untuk menjadi seorang content creator yang pada masanya inysaallah tentu akan sampai pada masa berkilaunya. Aiiiih mantep kan gan,, huhuu lanjutkan lah.
Selama ini mungkin tidak banyak orang yang sadar bahwa apa yang selalu dibawanya ke mana-mana bias menghasilkan sesuatu. Coba kalo kita benar-benar menggunakan kesempatan yang ada untuk dijadikan peluang, pasti sudah banyak yang kita hasilkan dan saya pun menyadari saya tidak begitu rutin menyapa teman saya di social media yang padahal dari sanalah contentpreneur bermula dan menjadikan itu semua sebagai ladang yang paling berharga dalam usahanya.
Missal, kita mengambil contoh di facebook. Jika kita suka menulis banyak sekali fitur yang bisa dimanfaatkan seperti catatan dan arsip atau sebagainya, membuat halaman atau fans fage atas label pribadi dan kita melakukan kontak yang rutin bagi anggota grup atau mereka yang menyukai halaman kita. Dari sinilah bermulainya seorang contentprenuer dan seperti yang sudah saya katakana di awal tulisan ini bahwa saya melakukan kesalahan yaitu jarang menyapa anggota grup saya. Ya, saya kurang intens untuk mematikan bahwa mereka masih suka terhadap apa yang saya sajikan dan saya akui ini menyebabkan perkembangan dari grup dan halaman yang saya kelola tidak begitu signifikan dan stag di posisi itu saja. Perlahan saya mulai memperbaiki ini dan menyesuaikan diri untuk menjadi orang introvert yang banyak melakukan kontak dengan orang banyak dengan tetap menjadi diri saya dan tentu hal ini juga harus disesuaikan dengan jadwal lain yang berada di dunia nyata. Aduuh ya maksudnya kan ini kita lagi bahas dunia maya, lawan maya ya nyata kan?
Di awal saya sudah menyinggung bahwa dalam membuat konten kita harus memperhatikan kebermanfaatan dari apa yang kita buat, jangan hanya asal viral dan menghasilkan banyak. Karena apa yang kita share menunjukan seperti apakah kita yang sebenarnya. Saat ini orang mudah saja menilai sesoang hanya dengan melihat akun social medianya. Jadi apakah mau jadi orang yang viral tapi bukan dalam kebaikan? Kan ga mau. Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain. Begitulah Sabda Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Daruquthni.
Lalu harus seperti apakah konten yang kita buat? Berikut saya coba tuliskan poin besarnya.
1. True
2. Helpful
3. Inspiring
4. Necessary
5. Kind
Coba deh readers baca huruf awalnya saja dari atas kebawah, secara tidak langsung itu menujukkan kata THINK. Ya, tentu saja, sebelum kita membuat konten kita harus memikirkannya terlebih dahulu dan jika hasil yang kita peroleh itu Tru, Helpful, Inspiring, Necessary dan Kind maka langsung saja eksekusi untuk disebarkan ke banyak orang memalui social media yang kita punya.
Dalam menggunakan social media kita juga harus punya sikap dan etika. Yaitu:
1. Jangan memulai konflik
2. Jangan curhat masalah pribadi. Selesaikan saja urusan ini di dunia nyata
3. Face your problem don’t facebook them
4. Jangan mengejek orang apalagi sampai menyebutkan Namanya.
5. Menjelekkan orang lain sebagai pelajaran bagi orang lain dengan tanpa menyebutkan nama.
6. Jangan berbagi foto pesta gila-gilaan
7. Jangan bersikap terlalu ekstrem
Mungkin ada pertanyaan, kenapa harus menjadi contentpreneur? Ketika di luar sana banyak content creator yang negative tentu hal ini hanya bisa dilawan dengan cara kita membuat content yang positif. Kenapa harus social media? Karena otak akab lebih cepta memproses sesuatu yang berbentuk visual seperti gambar dan video dan kita juga sebagai content creator bisa menambah skill dan wawasan secara tidak langsung. Hal ini akan membwa banyak dampak positif untuk masa depan kita. Inysaallah.
Buat yang masih belum berani menjadi contentpreneur, mulai aja dulu dair hal yang paling mudah menurut kamu dan jangan bosa untuk membuat konten serta tetap istiqomah dan usahakan berada di lingkungan yang memang mendukung kamu untuk menjadi seorang content creator, jangan sampai kreativitasmu terganggu hanya karena sikap orang yang tidak suka dengan karyamu. Setiap orang bebas berkarya dan melakukan sesuatu selama ini tidak menghalangi orang lain untuk mendapatkan haknya sebagai manusia.
Disclaimer! Saya tentu tidak bias menuliskan semuanya di sini tapi inti dari apa yang saya dapatkan insyaAllah sudah tersampaikan dan sebetulnya tiu balik lagi ke diri pribadi masing-masing, apakah mau menjadi contentpreneur atau tidak.
Mungkin itu aja yang bisa saya share ke kalian di kesempatan kali ini, jangan bosan untuk mampir dan semoga ini bisa memberikan manfaat dan semangat untuk kita terus menjadi seorang content creator. Sampai jumpa di tulisan berikutnya karena saya akan terus membagikan pengalaman saya di blog ini, stay tuned yaa.
Comments
Post a Comment