Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

Harga Suara Rakyat

Dari berita yang aku baca di salah satu portal berita online di indonesia, hasil pilada 2018 sudah bisa disimpulkan dan para calon yang terpilih akan segera ditetapkan nanti 7-9 juli mendatang.

Jauh sebelum hari H pilkada, seperti biasanya para calon melangsungkan kampanye ke berbagai tempat untuk mendapatkan dukungan dari rakyat. Berbagai cara mereka lakukan, ada yang blusukan hingga ke pasar-pasar, ada yang ikut kampanye di kegiatan keagamaan, ada juga yang berkunjung ke lembaga pendidikan dan berbagai cara lain yang intinya mereka berusaha mencari dukungan dan kepercayaan dari rakyat.

Sedihnya ada beberapa kegiatan yang menodai pilkada tahun ini. politik uang kembali terjadi di beberapa daerah di tanah air.

Dari yang aku lihat secara langsung sendiri di daerahku ya ada lah pasti kegiatan semacam itu. Contohnya aja nih ya di sebuah lembaga pendidikan si bapak calon ini memberikan uang yang besarnya jutaan rupiah, padahal dalam peraturannya tidak boleh memberikan hadiah lebih dari satu juta rupiah.

Atau ada juga yang memberikan dana yang cukup sangat besar untuk membeli seragam pengajian ibu-ibu majlis ta'lim. Kebayang kan berapa banyak suara yang didapatkan dengan cara semacam ini. Untuk bapak-bapaknya? ya ada juga lah.

Ada lagi kabarnya pasangan calon di sebuah daerah memberikan uang sebesar 30K pada malam pemilihan, waah parah banget kan ini. Membeli suara rakyat di malam pilkada atau ada juga yang menukarnya dengan makanan pokok.

Aku emang bukan ahli politik atau pengamat politik, cuman menurutku politik itu udah jadi bagian dalam kehidupan sesoerang. Karena apapun urusannya, ada aja urusan dan kaitannya sama politik.

Melihat kejadian ini semua, aku sih milih calon pemimpin bukan dari berapa banyak dia bisa ngasih sama rakyat sebelum pemilu, tapi yang harus lebih diperhatiin ya visi misinya seperti apa. Yang pasti harus pilih pemimpin yang kedepan bisa membawa perubahan baik untuk rakyat dan sesuai dengan kriteria menurut pandangan peribadi juga dong.

Tapi kadang aku bersyukur juga si kalo denger cerita dari teman yang berwarga negara asing, katanya di negaranya pemimpin mereka cuman jadi fromalitas kalo mereka punya gubernur. Kerjanya hanya memperkaya keluarga sama kerabat aja katanya.

Dari berbagai kejadian yang terjadi di negara ini, menurutku si masih banyak banget golongan awam yang gak faham masalah politik, dikasih sesuatu biar milih pasangan calon tertentu ya nurut aja kadang ada juga yang cuman ikut-ikutan tetangga atau kerabatnya milih pasangan yang mana.

Di tahun 2018 yang menjadi tahun politik ini, kita semua jadi tahu berapa harga suara rakyat yang berhasil dibeli oleh beberapa pasngan calon pemimpin di negeri ini. Dan perlu kita ingatkan diri sendiri untuk jangan sampai mau menjual hak pilih kita, lebih baik kita berikan kepada calon pemimpin yang punya akhlaqul karimah.

Sebenernya si dari pemerintah emang udah ada panitia khusus untuk memberikan sosialisasi mengenai pemilu tapi untuk masyarakat awam kayaknya gak cukup sekali dua kali juga para pemilih yang baru biar mereka gak jadi golongan putih atau penjual hak suaranya kepada pemimpin yang tidak bermoral itu.

Sebagai genersi muda saat ini, aku ngajak kalian semua untuk juga perduli sama masalah politik. Jangan mau lah jadi golongan putih yang gak mau ikut pencoblosan cuman karena muak dengan keadaan politik negara kita. Kenapa enggak kalo kita yang melakukan perubahan untuk memperbaiki keadaan politik biar negara tercinta ini menjadi negara yang semakin maju.

Patut buat kita bersyukur kalo pemimpin yang terpilih sekarang adalah pemimpin yang baik, dan juga mesti bisa bersabar kalo yang terpilih adalah pemimpin yang dzalim karena keduanya sama-sama ujian buat kita untuk tetap menjadi warga negara yang baik.

Bukankah mencintai negara sebagai bagian dari iman? 

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]