Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

Sejenak untuk Kematian

Pagi ini aku ingin sedikit mengajak kalian untuk berfikir mengenai takdir, lebih tepatnya mengenai takdir kematian.

Manusia ketika lahir ke dunia sudah bersama dengan takdir yang menuntun hidupnya hingga waktu yang sudah ditentukan tanpa sepengatahuan yang menjalani kehidupan.


Aku masih inget ada nasihat yang menjelaskan bahwa orang cerdas adalah orang yang bisa selalu mengingat kematian. Yup, aku setuju akan hal itu dan aku sadar aku bukan termasuk orang yang cerdas karena justru seringkali lupa sama yang namanya kematian.

Aku akan teringat dengan mati kalo emang ada sesuatu yang bisa mengingatkan, tidak bisa kalo harus setiap saat, karena aku masih sibuk dengan urusan duniawi yang entah apa yang aku cari dan aku sendiripun kadang masih bingung dengan semua ini.

Ya aku sampe sekarang masih bingung sama hidup sendiri. Aku masih belum sanggup merangkai pazle-pazle kehidupan ini. Hal ini, hal itu dan hal-hal lain yang sangat kompleks. Menurutku hidup ini pilihan dan kita cuman perlu hidup dengan aturan main yang udah Allah tetapkan yang bisa kita pelajari dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Kita gak bisa milih mau hidup sampe kapan, karena Allah udah ngasih kita batas waktu untuk hidup didunia. Toh yang namanya mati itu cuman dicicipi aja kan, abis mati kita bakal hidup lagi.

Cuman ya itu, nanti kalo kita udah mati dan hidup lagi hidupnya bakal kek gimana? .


Entah kenapa kok kalo misalkan ada orangtua temen yang meninggal gak terlalu baper banget, sedih sih ya pasti ya, kasihan apa lagi. Toh aku juga udah pernah merasakan bagaimana hidup ditinggal orangtua, lebih tepatnya oelh sosok ayah yang paling superhebat menurutku.

Mungkin sih menurutku kenapa gak terlalu baper karena aku udah biasa kehilangan orang-orang yang aku cintai. Tapi aku gak tau nanti gimana rasanya kalo ditinggal ibu yang dari kecil ngurusin diri sendiri. Ah, sepertinya gak kebayang.

Aku masih bisa ngerasain gimana sakit dan sedihnya kehilangan sosok seorang ayah pas masih usia 6 tahun. Aku masih bocah yang gak ngerti apa-apa, belum bisa ngasih kebahagiaan buat dia, makannya itu yang jadi kekuatan buat Aku untuk terus mengejar mimpi-mimpiku, karena hanya dengan do’a aku bisa ngasih kebahagiaan buat beliau, dan hanya do’a anak sholeh sholehah yang mustajab bagi orangtuanya

Aku cuman perlu sadar kalo hidup ini sekali, ya mungkin pengecualian buat orang yang udah pernah mati suri. But, emang bisa jamin udah siap lewatin rintangan yang 7 itu.

Sampe sekarang aku masih belum bisa jadi orang cerdas.

Menurut kalian apa itu kematian??




Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]