Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

Memilah dan Memilih



Memilah dan memilih

Dalam hal yang sederhana kita dihadapkan pada sebuah pilihan,
sarapan atau tidak?
Lalu kemudian itu menjadi sebuah kebiasaan.
Dengan memilih sarapan tentu saja hidupnya lebih baik karena sudah terbiasa sarapan.
Saya disini bukan bahas masalah kesehatan ya, kita sama-sama udah tau kalo sarapan itu penting banget karena kan kita akan memulai mengerjakan banyak pekerjaan dalam seharian sebelum bertemu dengan makan siang.

Lalu, memilih teman. Teman yang baik atau yang buruk.
Ini yang sekarang menjadi sangat krusial dalam kehidupan remaja zaman now.

Banyak anak-anak yang gak punya pergaulan yang gak jelas arah dan tujuannya mau kemana, mereka asyik dengan dunia yang mereka ciptakan untuk mendapatkan kebahagiaan seperti yang mereka pikirkan, padalah pikirannya saja sudah rusak karena tidak ada landasan yang baik.

Saya sebenernya pernah kenal dengan beberapa orang yang mereka ini masih temen sesekolah waktu dulu, mereka adalah anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua kebanyakan dan sisanya adalah mereka yang terbawa arus dan tidak bisa keluar karena sudah tertanam rasa solidaritas yang menurut mereka baik.

Oke, saya juga salut sama mereka, satu sama lain saling jaga. Tapi kalo harus selalu nyalahin orang lain dan merasa selalu benar kan salah juga.

Saya prihatin sama mereka, kenapa enggak bisa berpikir lebih jernih. Disini saya cuman bisa berdo’a supaya mereka ini bisa segera dapet hidayah. Alagi zaman sekarang yang dakwahnya lewat media sosial, bisa aja kan video dakwah ustadz Hanan Attaki misalnya muncul di beranda mereka lalu gak sengaja ditonton terus langsung dapet hidayah, tobat hijrah deh. Kan siapa yang tau ya.

Yang lebih memprihatinkan adalah semakin banyaknya orangtua yang merasa tenag kalo anak perempuannya keluar malam dengan lelaki yang padalah bukan mahromnya. Udahlah, anak saya ada yang jaga ini pikirnya. Padalah kan itu salah. Orangutua sudah mengajarkan hal yang tidak baik kepada anaknya.

Banyak juga orangtua yang justru merasa khawatir ketika anaknya tidak pacaran, jangan-jangan anak saya gak normal lagi. Duuh, bahaya kalo udah gini.

Saya gak tahu dan gak faham sama jenis orangtua yang semacem ini.

Ini nyata dan bukan ngada-ngada. Ada seorang ibu guru yang punya anak gadis, si anaknya ini diberikan lampu hijau untuk pacaran asalkan dia tau siapa cowoknya, harus kenal sama si mamah, nanti mamah yang nitip ke si aa buat jagain neng, mamah juga anggap dia anak mamah, asal kalo pergi kemana kemana mamah tahu, dan alasan lain lah. Yang disini oke masih gak terlalu buruk lah ya. Meskipun tetap saja pacaran tidak pernah dibenarkan dalam ajaran agama Islam.
Mana hadistnya yang membolehkan? Kan gak ada.

Awalnya mungkin tidak ada masalah yang berat. Tapi, masalah yang besar muncul dari masalah-masalah kecil. Sedikit demi sedikit kan lama-lama menjadi bukit juga.

Sekarang cuman bandel dikit, nanti makin bandel makin bandel sampe jadi ahlinya anak bandel. Naudzubillahi min dzalik.

Memilah dan memilih itu kan kita yang menentukan di awal, jangan sampai menyesal dikemudian hari.

Menyesal dikit sih buat saya bisa jadi pelajaran berharga ya, tapi kalo harus terus-terusan menyesal lah mau kapan berhentinya penyesalan ini dan kapan saya bisa lebih baik kalo enggak dimulai dari diri saya sendiri untuk bisa memilah dan memilih yang terbaik untuk masa depan.

Saya harus perduli sama masa depan, karena bakal lahir anak yang menjadi harapan bagi bangsa dan umat untuk memberikan maslahat. Anak saya tanggung jawab, bukan cuman nanti pas udah jadi ibu, tapi juga sekarang ketika masih jadi calon ibu.

Saya gak mau anak saya melihat contoh yang gak kurang dari ibunya, sosok yang menjadi madrasah pertama buat dia. Wanita yang akan menjadi teladan baginya sehingga dia punya cita-cita yang lebih dari orangtuanya.

Saya sebagai calon ibu pengen jadi ibu yang baik dan anak kamu kelak harus lebih baik lagi dari orangtuanya.

Pilihannya adalah detik ini juga.

Memilih dan memilah yang baik, benar dan tepat.
Dilandasi dengan iman dan islam tentunya.

sebagai manusia yang terlahir sebagai pemimpin, tentu saja kita tahu mana pilihan yang baik dan sebaliknya.

My life is my choeses, and I’ll choese the best for me and others.

Let’s choes right now.
Mangga di pilih di pilih di pilih, hehee

Eits, btw disini aku bukan lagi kampanye yaa. Hahaa

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]