Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

Dimana akal? Mungkinkah kau tinggal?

Bahagia adalah ketika membuat orang lain menyimpulkan senyum manis di bibirnya, hati pun seolah melayang tanpa rintang, sudah terlanjur melebur dengan perasaan yang enggan hancur.

Sosok diri menjadi seolah tak berarti jika hanya menyendiri dan pergi untuk menghindari. Membuat keberadaan seolah kebenaran padahal hanya khayalan, tega memberikan kenestapaan karena enggan menyimpulkan senyuman.

Manusia adalah makhluk sosial, sudah sepatutnya menggunakan akal. Memberikan kehadiran pada yang lain, bukan malah melilit menciptakan sakit dan sulit. Karena pangkat, terciptalah melarat, kemiskinan merajalela. Dimana akal? Mungkinkah kau tinggal?




Janji diumbar dianggap benar, giliran bukti ia ingkar. Polemik menjadi santapan publik, sementara harta disantap sendiri saja. Akan hilang kepercayaan karena banyaknya kemiskinan dan kesengsaraan.

Sudah saatnya kita butuh pemimpin yang utuh, yang patuh pada aturan dan meninggalkan kemungkaran, berpedoman pada Hadist dan Qur’an.

Generasi muda menjadi harapan untuk sebuah kebangkitan dan perubahan di masa depan. Akhlaknya harus dapat menjadi panutan dan semua pemikiran berlandaskan iman untuk sebuah pergerakan.

Kita sudah saatnya berubah, dimulai dengan diri yang hijrah, dan berjalan layaknya petuah, niscaya esok lusa lebih cerah penuh dengan perasaan sumringah dan pipi kian memerah. Bunga-bunga pun akan ikut merekah, semua ikut berbahagia. Bumi, langit dan lautan menjadi saksi nusantara meraih kejayaan.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]