Coba Berhenti Sekali Aja

Image
Tidak Ada batasan I Have my Own Timeline And You Have Yours di umur yang sekarang, seberapa sering ngebandingin hidup sendiri sama kehidupan orang lain? mau sampai kapan kita terus terperangkap dalam jebakan-jebakan hubungan sosial macam ini ga capek, selalu menjadi variabel dependen dalam penelitian kuantitatif untuk dibeberkan perbandingan-perbandingannya? Please STOP! kita lahir di waktu dan tempat yang berbeda kelak, kita mati di waktu dan tempat yang berbeda pula kalo sama? its just a part of the art of life soal proses, kita punya cara dan jalan masing-masing Ketika ada yang sukses dan ingin mencapai titik kesuksesan yang sama, kita berada pada titik start yang berbeda, maka prosesnya juga beda, step by stepnya, mile stonenya, and others Menjalani hidup sebagai orang dewasa memang tidak mudah, lebih mudah melihat orang lain daripada menjalani kehidupan sendiri, rasanya. Tulisan ini masih akan berlanjut, I'll be back for my self and you can read it or share to others

Cambukan Anak Kecil


Kejadian ini berlangsung ketika sholat. Jadi udah pasti kalo aku saat itu sholatnya gak khusyu. Oke itu gausah ditiru. Tapi ada pelajaran yang aku dapet malem itu, kejadiannya pas sholat maghrib kalo gak salah.

Jadi kan ustadzahku di pondok punya dua anak kecil, anak pertama umurnya 3 tahun dan si adik 1,5 tahunan lah, mereka berdua perempuan.
Selama ini yang aku dan santri lain liat adalah kalo si kakaknya ini selalu galak ama adiknya, bahkan ama kita dan semua yang lebih dewasa dari dia. Pemeberani banget pokoknya orangnya, bahkan aku juga takut kadang. Tapi ya yang namanya anak kecil ya pasti ada saat dimana mereka ini lagi lucu-lucunya, gemes juga sih.

Nah, malem itu si adik yang belum bisa jalan ngerangkak ke depan shaf aku and friend, terus dia duduk. Sementara si kakak ada di depan, di samping ibu yang lagi jadi imam. Saat itu posisinya aku ada di shaf kedua.

Beberapa detik kemudian si kecil yang ada di depanku ini menemukan sesuatu yang kemudian di makan, dan ternyata di saat yang sama si kakaknya ini ngeliat adiknya yang makan benda asing dari sejadah.

Aku fikir ya anak kecil mana peduli kan, paling mereka cuman diam dan menyaksikan itu sebagai hal yang biasa. Tapi ternyata enggak, si kakak langsung berlari dan dia langsung maksa adiknya buat ngebuka mulutnya. Karena gamau buka mulut, jadi si kakak paksa pake kedua tangannya buat ngebuka mulut adiknya. Otomatislah adiknya ini nangis kesakitan. Tapi si kakak cuek, dia tetep maksa dan pas udah kebuka dia langsung masukin salah satu tangannya dan ngambil sesuatu yang tadi si adiknya makan.

aku yang awalnya pengen nolongin ni bocah, karena ngeliat kakaknya yang udah nolongin ya gak jadi. Sumpah, itu adalah hal spontan yang dilakukan oleh seorang kakak sama adiknya.
Gimanapun pasti kakak sayang sama adiknya, dia gak mau adiknya kenapa-napa, si kakak pasti jadi pelindung buat adiknya.

aku gatau gimana jadinya kalo misal si kecil itu nelen benda itu dan ternyata itu berbahaya dan mesti dioprasi.

Guys, hal kecil telah dilakukan oleh anak kecil yang menjadikannya pahlawan untuk adiknya.

Semua orang pasti punya emosi dan bisa marah, punya rasa benci, bisa berfikir hal yang gak baik. Tapi jangan menilai baik buruk orang menurut versi kita sendiri, karena semua orang pasti punya hati nurani. Nurani yang mengarahkan seseorang untuk berbuat benar. 

Aku jadi semakin membuka mata dan banyak belajar dari siapapun bahkan apapun kapanpun dan dimanapun. Aku sadar Aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa kalo gak pernah berbuat baik sama orang lain.

Please, mata kita dua. Jangan memandang sebelah mata karena sekali lagi kita manusia bukan Dajjal.

Sebenarnya pasti banyak kejadian yang bisa kita ambil hikmahnya, dari hal sekecil apapun asalkan kita mau untuk merenung dan berfikir sesaat. Boom, kau dapatkan pelajarannya.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku | Aku Mendengarmu, Istanbul

Coba Berhenti Sekali Aja

Writer's Block : Antara Kenyataan dan Pembenaran [ sebuah pengakuan dosa ]